Senin, 16 April 2012

Resume Tanah Gersang (Mochtar Lubis; novel, 1966)


Judul: Tanah Gersang
Pengarang: Mochtar Lubis
Tahun: 1966

Joni, Yusuf, dan Sukandar. Tiga pemuda berbeda latar belakang. Joni berasal dari keluarga berada, yang menggampangkan uang sebagai segala-galanya, dan menurut ayahnya yang seorang anggota dewan, segala sesuatu hanya dapat diselesaikan dengan keberadaan uang. Yusuf merupakan anak angkat pamannya, seorang nelayan dan istrinya yang menikmati cinta dengan lelaki lain di rumahnya, sebagaimana istri-istri orang nelayan lain. Dan anehnya, suami-istri itu sangat pengertian, membiarkan keduanya mencari cinta dengan orang lain. Yusuf-pun tidak menganggap aneh hal itu, bahkan membiarkan Joni temannya memasuki kamar bibinya itu. Lain dengan Sukandar. Sebagai pelarian dari panti asuhan, ia telah mencicipi perempuan sejak usia muda ketika ia bekerja di suatu rumah bordil. Bersama Yusuf dan Sukandar, mereka menjadi tukang catut di gedung bioskop, yang mempertemukan mereka dengan Joni.
Mereka adalah contoh dari kenakalan remaja yang sempat mewarnai jalanan Jakarta di tahun 50an. Joni sebagai ketua mereka mengomandoi mereka untuk merampok toko emas, beserta tindak kejahatan lainnya yang berujung pada pembunuhan. Suatu tindakan yang di luar batas.
Akhirnya 'Tanah Gersang' berfokus pada Joni. Ia yang kecewa karena Lisa-bintang film pada masa itu yang sangat mudah mempermainkan cinta lelaki dan mengambil banyak keuntungan darinya-beralih untuk berhubungan dengan Dewi, adik Lisa. Joni-Dewi bahkan kawin lari ke Sumatra, yang akhirnya disetujui oleh kedua pihak keluarga. Namun Joni telah mendapat kabar : seorang bernama S dan Y ditangkap karena suatu pembunuhan. Pada saat itulah Joni membatin, meniatkan diri untuk melaksanakan niatan yang telah lama dirindukannya : mati muda. Dan ketika mendung dan ombak bergejolak di suatu danau, tempat dimana Joni tengah menunggang motor air, Joni tenggelam. Dewi-pun menangisi kepergian Joni yang mati secara tragis itu, dan pada dirinya ia merasakan sesuatu. Benih baru telah mendukung dirinya, jauh dalam rahim.
Joni, merupakan tokoh utama dalam novel ini mengalami pergulatan spiritual yang pelik, dari mulai masa kecilnya yang suka membunuh binatang, melihat darah-darah mengalir, ketika menjelang dewasa ia juga mengaktualisasikan seluruh hasrat dirinya pada berbagai hal. Pertemanan, perampokan, pembunuhan, dan percintaannya semua berpusar pada diri Joni yang terus menerus gelisah, terus menerus mencari sumber gejolak, dimana dirinya akan mendapati seluruh potensi hidupnya tercurah. Ia merupakan cerminan manusia yang tampak kuat dari luar, namun sebenarnya menyimpan sebongkah luka di dalam dirinya. luka yang terus menerus menggerogoti hidupnya, membentuk sebuah lubang di tanah gersang.


"Tanah Gersang" sebenarnya tidak terlalu berat, bahkan di banyak percakapan, Mochtar Lubis menyisipkan dialog-dialog bahasa "gaul" para pemuda, disertai tren-tren dan lagak para remaja di masa itu yang kebanyakan meniru aksi koboi di layar putih. Hanya saja, "Tanah Gersang" cocok dibaca para orang tua agar menjadi pelajaran, bagaimana semestinya mendidik para generasi muda. Hal itu dikarenakan Joni, Yusuf, dan Sukandar, dan mungkin banyak generasi muda lainnya, bertemu dan menjalani apa yang disebut sebagai perubahan nilai-nilai moral di masyarakat. Mereka tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk di usia mereka.
Tanah Gersang memiliki alur yang biasa saja, ketegangan yang biasa saja, penokohan yang juga biasa saja. hanya saja dalam buku ini, saya bisa menemukan konsistensi penokohan yang sangat apik. Diceritakan melalui 'tiga bab hidup' dengan sangat sederhana tapi tetap tidak kehilangan pesona. Yang paling menarik dalam buku ini adalah pergulatan hidup para tokohnya, dituturkan dengan amat sederhana, begitu jujur dan apa adanya. Buku ini adalah potret masyarakat urban pada zamannya.

Joni, tokoh utama da...more
Tanah Gersang memiliki alur yang biasa saja, ketegangan yang biasa saja, penokohan yang juga biasa saja. hanya saja dalam buku ini, saya bisa menemukan konsistensi penokohan yang sangat apik. Diceritakan melalui 'tiga bab hidup' dengan sangat sederhana tapi tetap tidak kehilangan pesona. Yang paling menarik dalam buku ini adalah pergulatan hidup para tokohnya, dituturkan dengan amat sederhana, begitu jujur dan apa adanya. Buku ini adalah potret masyarakat urban pada zamannya.

sumber:



1 komentar:

  1. Novel itu menarik mbak, namun saya membacanya pertama kali pada saat masih SMP. saya menemukan novel itu di rak buku perpustakaan SMP waktu itu.

    Dan beberapa saat kemudian novel itu ditarik oleh guru dan tidak bisa dicari lagi di rak buku perpus. mungkin karena cerita di novel itu tdk cocok dibaca oleh anak dibawah 18 tahun. Terdapat adegan seksual, misalnya ketika Joni dan adiknya habis mandi dan telanjang....atau saat Joni masuk ke kamar bibinya Yusuf.

    BalasHapus